Selasa, 04 Oktober 2016

From Adew Mahasiswa for Kakaw-kakaw wartawan



Kakaw-kakaw pasti masih ingat dengan asal-muasal judul tulisan saya ini, judul tulisan ini kebalikan dari judul tulisan yang pernah di tulis oleh Bang KG (sigidad). Yang berjudul; "For Adew mahasiswa from kakaw wartawan" 
(http://sigidad.blogspot.co.id/2015/05/for-adew-mahasiswa-from-kakaw-wartawan.html?m=1)

Tulisan Bang KG itu,di tulis sekitar satu tahun yang lalu,yang dimana,pada saat itu Bang KG masih menjadi wartawan di salah satu media lokal di BMR. Tulisan itu menjadi salah satu sanggahan oleh;Bang KG terhadap tulisan saya,satu tahun lalu "Galau-galau wartawan Bolmong".

Sebelum lebih jauh,alangkah lebih baik ketika saya jelaskan dulu siapa Bang KG yang saya maksud, jangan sampai ada KG yang lain merasa tersinggung, lalu kebakaran jenggot (mampos kenak Bully lagi).  
KG yang saya maksud bukan Kahlil Gibran ataupun  Katamsi Ginano, yang tulisan-tulisannya sering di Broadcast kakaw-kakaw wartawan. Tapi  KG yang di maksud Kristianto Galuwo, atau biasa di sapa Sigidad. Bang KG (Sigidad) adalah salah  satu Jurnalist  asal BMR yang menjadi idola saya. Yang kini ia telah menjadi jurnalist di salah  satu media nasional. Tulisan ini saya buat,bukan untuk Bang KG (Sigidad),tapi buat Kakaw-kakaw Wartawan yang saat ini bergelut di media lokal di BMR.  

Kakaw-kakaw Adew bole batanya ?  (Kebalikan dari,Adew kakaw bole batanya?)

Kakaw-kakaw wartawan dengan media yang kakaw ada karja akang mo berpihak kamana dang ini di pilkada Bolmong ? 
Pa Kontestan politik atau mo bantu masyarakat supaya lebih cerdas ba pilih pemimpin yang bagus  ?
(Media dan pewarta akan berpihak pada kepentingan Kontestan politik atau berpihak untuk kecerdasan rakyat dalam memilih calon yang ideal ?)

Mohon maaf jika saya hanya sebagai mahasiswa lalu sudah lancang bertanya seperti itu terhadap kakaw-kakaw wartawan.  Tapi saya  bertanya karena saya sebagai pembaca punya sikap  peduli dan berhak sebagai warga negara,yang jelas-jelas dalam UUD pun memperbolehkan kebebasan berpendapat. Dan media sebagai pilar ke-empat dalam ber-demokrasi maka setiap warga negara berhak memberikan kontrol dan kritik terhadap media, sebagaimana media berhak dan wajib memberikan kontrol dan kritik terhadap pemerintah.

Sudah hampir  3 minggu, setelah KPU menetapkan 2 pasang calon Bupati dan wakil bupati, yang akan bertarung di pilkada Bolmong nanti, yaitu, Pasangan ;Yasty S Mokoagow- Yany R Tuuk,dan pasangan calon,Salihi B Mokodongan-Jefry Tumelap. Mulai itu pula,saya melihat,isu,berita,dan kreativitas beberapa  kakaw-kakaw wartawan  berkurang karena hanya ter focus pada pilkada terus menerus dan beritanya hanya tentang itu-itu saja. Kenapa saya  katakan sepeti itu, jelas, karena lewat berita yang kakaw-kakaw tulis setiap hari,yang kebetulan saya baca setiap hari,saya bisa mengukur isu dan kreativitas kakaw-kakaw berkurang, dalam artian berita kakaw-kakaw akhir-akhir ini kurang menarik. 

Memang hubungan antara media,pemerintah,politik,dan masyarakat,sanggat kuat.  Bukan sok menggurui, karena saya yakin kakaw-kakaw wartawan lebih paham tentang fungsi dan regulasi yang berlaku dalam dunia kerjunalisan, karena sangat tidak mungkin jika sudah menyandang status sebagai seorang jurnalist, lalu tidak tahu tentang fungsi dan mekanismenya seperti apa. Makanya saya lebih berpikir bahwa saking sibuknya kakaw-kakaw jadi  suka lupa mungkin,atau lebih parah lagi jika ada dari salah satu kakaw-kakaw ini yang benar-benar tidak tahu sama sekali. Saya sebagai pembaca yang setia, sudah menjadi kewajiban saya untuk saling mengingatkan. Ada 2  hal yang perlu dan harus  kakaw-kakaw wartawan  ingat kembali. 

Pertama, pemberitaan terhadap masing-masing calon harus seimbang,tidak boleh berpihak ke salah satu calon,dan itu jelas di atur dalam kode etik jurnalisme. Karena menjadi suatu kewajiban moral bagi para penanggung jawab media,baik itu pemilik media ataupun pewartanya untuk menjadikan netralitas, sikap independen terhadap kontestan politik,sebagai suatu keutamaan yang harus terus di perjuangkan.

Kedua, karena media sebagai pilar ke empat dalam demokrasi, maka sudah menjadi tugasmedia untuk mengajak masyarakat atau calon pemilih untuk menjadi cerdas dalam memilih calon pemimpin yang baik dan ideal. Karena salah satu  tugas media adalah memberikan pendidikan demokrasi yang baik kepada pemilih,seharusnya berita-berita yang harus Kakaw-kakaw sajikan adalah bagaimana agar pemilih akan cerdas dalam memilih,contoh cara memilih yang baik dan benar demi mendapatkan calon pemimpin yang ideal. Bukan malah memasang iklan-iklan dan berita tentang  aktifitas  salah satu kontestan terus menerus. Itu sama halnya dengan kakaw-kakaw mengajak masyarakat untuk memilih salah satu calon. 

Saya memang hanya  sebagai pembaca  yang setia di berapa media tempat kakaw-kakaw menyandang status sebagai seorang jurnalist. Bukan berarti pula saya hanya sebagai pembaca ataupun sekelas mahasiswa, lalu kemudian tidak paham sama sekali tentang media dan jurnalistik, karena sesekali saya juga pernah ikut kajian tentang jurnalistik,ataupun workshop jurnalistik.yah,meski cara penulisan saya tidak sehebat kakaw-kakaw.  Dan kebetulan juga,ada beberapa buku tentang pers yang tersusun di rak buku saya (sapa tahu kakaw-kakaw mo pinjam mo baca,lebe bagus,biar kakaw-kakaw ndak mo lupa). 

Saya, selaku pembaca yang setia,sangat khawatir bila media dan  kakaw-kakaw wartawan ini,terjerumus dalam kategori media dan wartawan  abal-abal, seperti yang di jelaskan dalam buku yang saya baca "Jurnalisme era digital"  buku ini membahas tentang industri media abat 21 dan juga tentang esensi jurnalist. Yaah, memang sejak tumbangnya rezim Orba, pers di indonesia mengalami masa leberalisasi. Salah satu indikasinya adalah maraknya Perindustrian media/percetakan di inodensia.  Dan ini menjadi sebuah kesempatan untuk para elit politik,mulai dari tingkat nasional kemudian turun hingga ke tingkat lokal, dengan bebas untuk mendirikan media,atau bekerja sama dengan pihak media, hanya untuk kepentingan politik mereka. 
Dampak dari  itu,ialah saat ini banyak sekali media yang hanya memikirkan segi ekonomisnya atau keuntungan, dan tidak mau tahu dengan kualitas beritanya,apalagi dengan kualitas wartawannya.  Dan biasanya Cara berpikir para pelaku Media abal-abal seperti ini  (Persetan dengan kualitas berita atupun wartawanya,yang penting dapat uang dari iklan,pembeli/pembaca,dan yang utama dapat kontrak dari Pemda/Pemkot).

Semoga saja kakaw-kakaw wartawan ataupun media tempat kakaw-kakaw bekerja,tidak termasuk sebagai media dan wartawan abal-abal  yang saya maksud di atas.***


Oleh : Febri Bambuena

Tidak ada komentar:

Posting Komentar